Pemerintah akhirnya meresmikan proyek Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI) di Sumatera Utara dan ground breaking KEK (Kawasan Ekonomi Khusus) Sei Mangkei, Kabupaten Simalungun, Sumatera Utara. Ground breaking dan Peresmian dilaksanakan oleh Menko Perekonomian Hatta Rajasa dengan didampingi Menteri Perhubungan E E Mangindaan, Menteri Perindustrian M S Hidayat, dan Kepala BPN Herdaman Supandji. Turut hadir dalam acara tersebut, Gubernur Sumatera Utara, Bupati Simalungun, Bupati Batubara, Wakapolda Sumatera Utara, Pangdam Bukit Barisan, serta jajaran Muspida Provinsi dan Kabupaten Simalungun dan Batubara.
"Di KEK Sei Mangkei ini akan berkembang pesat industri-industriu berkelas dunia. Bahkan, dengan keunggulan geografis yang dimilikinya, KEK Sei Mangkei akan menjadi simpul ekonomi dunia," ujar Hatta dalam sambutannya di KEK Sei Mangkei, Simalungun.
Disampaikan Hatta, keberadaaan KEK Sei Mangkei merupakan komponen strategis dari program MP3EI. KEK Sei Mangkei dirancang untuk mengakomodir lebih dari 200 unit industri berkelas dunia yang besar artinya bagi perwujudan daya saing bangsa Indonesia ke masa depan. "Bahkan saat ini KEK Sei Mangkei adalah satu-satunya KEK yang memiliki akses ke Selat Malaka yang juga akan terintegrasi dengan kawasan Kuala Tanjung dan terkoneksi langsung dengan Global Hub Kuala Tanjung. Ini akan membuat KEK Sei Mangkei akan berkembang pesat dan menjadi simpul ekonomi dunia," katanya.
Dikatakannya, kehadiran KEK Sei Mangkei, diharapkan dapat mengurangi ketergantungannya pada bahan baku impor dalam memenuhi berbagai kebutuhan masyarakat.
Untuk diketahui, terdapat tiga proyek infrastruktur yang di ground breaking di KEK Sei Mangkei. Pertama adalah pembangunan dry port dengan kapasitas 30.312 sampai 75 ribu teus per tahun. Untuk proyek ini disiapkan investasi sebesar Rp78 miliar. Proyek kedua adalah pembangunan tank farm kapasitas dua kali lima ribu ton untuk CPO dan dua kali tiga ribu ton untuk CPKO (tahap 1). Investasi sebesar Rp100 miliar disiapkan untuk proyek ini. Proyek ketiga, yang menelan dana sebesar Rp35 miliar adalah pembangunan instalasi pengolahan air bersih kapasitas 250 meter kubik per jam. Pembangunan infrastruktur tersebut didanai oleh PTPN III selaku pembangun dan pengelola KEK Sei Mangkei. Proyek ini diharapkan dapat selesai dan akan dioperasikan pada akhir 2014.
Hatta menyampaikan, kemajuan angka investasi di KEK Sei Mangkei sangat pesat. Menurutnya, banyak investor terkemuka datang untuk berinvestasi di KEK Sei Mangkei. Pada periode 2013-2014 ini sebagian dari mereka telah dan akan merealisasikan investasinya sebesar Rp.6,5 triliun. "20 tahun mendatang diperkirakan nilai investasi di dalam kawasan KEK Sei Mangkei akan meningkat menjadi Rp 46 triliun, yang terdiri dari Rp 38 triliun untuk zona industri, Rp5,5 triliun untuk zona logistik, dan Rp. 2,5 triliun untuk pengembangan kawasan dan zona pariwisata," kata Hatta.
Untuk mendukung investasi tersebut, Pemerintah mendukung dengan berinvestasi pada pengembangan infrastruktur wilayah sebesar Rp 2,7 trilliun.
Menurut Hatta, kehadiran KEK Sei Mangkei dapat mendorong pertumbuhan Sumatera Utara yang kaya akan potensi sumber daya alam. "Secara khusus wilayah Sumatera Utara ini sangat kaya dengan Sumber Daya Air. Danau Toba misalnya, yang merupakan Danau terbesar di Asia memiliki luas permukaan air lebih dari 110.000 ribu hektar. Dari Danau Toba ini kita bisa mengandalkan sumberdaya air berkelanjutan yang mencapai 3,5 milyar meter kubik setiap tahunnya," terang Hatta.
Bahkan, dengan letaknya di ketinggian 900 meter dari permukaan laut menjadikan Danau Toba sebagai danau yang tertinggi di dunia. Ketinggian ini memberikan keunggulan pembangkitan tenaga listrik yang bersih dan berkelanjutan. "Melalui aliran Sungai Asahan, kita berpeluang membangkitkan sekitar 1100 Megawat, yang sampai saat ini kita baru memanfaatkan sekitar 700 (tujuh ratus) Megawatt," imbuhnya.
Selanjutnya ke pesisir Pantai Timur Sumatera Utara, terdapat enam Wilayah Sungai. Salah satunya adalah Wilayah Sungai Bah Bolon yang menjadi sumber daya penting bagi keberlanjutan KEK Sei Mangkei, Kuala Tanjung dan aktifitas sosial-ekonomi lain di wilayah ini. "Ke masa depan, keberadaan sumber daya air anugerah Tuhan ini kita perlu jaga kelestariannya. Daya saing kita dan dunia ke masa depan akan sangat ditentukan oleh kemampuan untuk mengelola sumber daya air kita secara berkelanjutan," katanya.
Hatta menambahkan, terkait dengan logistik, KEK akan dikoneksikan dengan Pelabuhan Kuala Tanjung dan Bandara Kualanamu. Posisi geo ekonomi Sumatera Utara sangat strategis terhadap Selat Malaka yang merupakan jalur lalu lintas perdagangan tersibuk di dunia. Setiap tahun, tidak kurang dari 120 ribu lalu lintas kapal melalui Selat Malaka. Artinya setiap hari lebih dari 300 kapal melalui rumah kita ini. Kapal-kapal tersebut mengangkut berbagai barang melayani perdagangan ke Asia Timur (China, Jepang, Korea), ke Asia Selatan (India, Pakistan), ke Timur Tengah-Afrika dan ke Eropa. "Mencermati adanya akses konektifitas dunia ini, kita harus cerdas, bisa, dan sesegera mungkin memanfaatkannya sebagai bagian konektifitas logistik nasional dan untuk mengurangi ketergantungan pelayanan jasa logistik kita oleh negara tetangga," ujarnya.
Disampikan Hatta, diperkirakan setiap tahunnya Indonesia mengeluarkan sebesar lima sampai enam persen dari nilai ekspor kita untuk membayar jasa kepelabuhanan (port services) dan angkutan laut (feeder shipping) asing. "Ini disebabkan oleh kondisi dari 25 pelabuhan utama nasional mempunyai keterbatasan kedalaman, sempitnya alur pelabuhan, sehingga hanya mampu melayani bongkar muat kapal bertonase kecil," tuturnya. Karena itulah, keberadaan pelabuhan Kuala Tanjung, di kabupaten Batubara memiliki peran penting sebagai pelabuhan hub internasional. "Kita ingin pelabuhan hub internasional Kuala Tanjung perlu diwujudkan sesegera mungkin. Sebab hanya dengan demikian Pelabuhan Kuala Tanjung akan mampu memberikan Indonesia modalitas fundamental bagi sistem logistik nasional serta percepatan dan perluasan pembangunan sosial, ekonomi dan ekologi nasional," katanya. Apalagi, sebentar lagi Bandara Kualanamu juga akan beroperasi.
Guna mendukung arus barang di KEK Sei Mangkei, selain menyiapkan jalan darat, pemerintah juga telah menyiapkan transportasi berbasis rel ke Kuala Tanjung dan Bandara Kualanamu. Untuk jaringan kereta api ini, disiapkan investasi sebesar Rp5 triliun. "Diharapkan ini semua selesai 2014 dan bisa beroperasi pada 2015," ujar Dirjen Perkeretaapian Kemenhub Tunjung Inderawan. Namun, lanjutnya, target itu bisa mundur jika persoalan pembebasan lahan tidak kunjung diatasi. Menurutnya, masih ada sedikit lahan sepanjang lima kilometer yang di lintasan Bandar Tinggi-Kuala Tanjung. "2,7 kilometer berada di Kabupaten Simalangun dan 2,3 kilometer di Kabupaten Batubara. Sesuai kesepakatan, pemprov dan pemkab yang harus membebaskan ini. Kita harap pemda segera mengerjaka ini," tutur Tundjung.
Sebagai kawasan ekonomi yang telah berkembang, KEK Sei Mangkei telah memiliki beberapa infrastruktur untuk mendukung aktivitas industri di dalam kawasan. Infrastruktur yang siap diresmikan tersebut meliputi jaringan listrik tegangan menengah 20 kv sepanjang 2.700 m, jalan ROW 43 dan 28 sepanjang 1.704 m, drainase induk sepanjang 1.920 m, dan sarana pengolahan air bersih kapasitas 250 m3/jam dengan panjang pipa 1.350 m (Tahap I) dan 2.024 m (Tahap II). Infrastruktur yang didanai oleh PTPN III tersebut menelan dana Rp 5,8 miliar untuk jaringan listrik, Rp 35,9 miliar untuk jalan, Rp 11,4 miliar untuk drainase induk, dan Rp 8,8 miliar untuk saranan pengolahan air bersih.
Di kawasan ini,
PT. Unilever Oleochemical Indonesia juga membangun pabriknya seluas 27 hektar. Sebagai salah satu investasi pionir di
KEK Sei Mangkei, kehadiran pabrik Unilever selaras dengan cita-cita
KEK Sei Mangkei dalam mengembangkan industri hilir kelapa sawit. Investasi sebesar Rp 2,04 triliun disiapkan untuk meningkatkan nilai tambah CPO menjadi produk olahan berupa fatty acid, surfactant, soap noodle, dan glycerine. Diharapkan pabrik ini dapat mempekerjakan 550 sampai 600 tenaga kerja dan menciptakan multiplier effects seperti membangkitan
Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM). Investasi yang telah dimulai sejak Kuartal II tahun 2011 ini diharapkan dapat mulai berproduksi pada Kuartal II tahun 2014.
Di KEK Sei Mangkei ini juga terdapat pabrik pupuk NPK Compound dengan kapasitas 100 ribu ton per tahun yang diinvestasikan di atas lahan seluas 20 Hektar oleh PT Cipta Buana Utama Mandiri. Untuk pabrik ini diinvestasikan sebesar Rp537 miliar dan diharapkan pabrik dapat memenuhi kebutuhan supply pupuk NPK compound bagi sektor pertanian dan perkebunan di Provinsi Sumatera Utara dan sekitarnya. Pabrik ini diprediksi akan mempekerjakan 250 tenaga kerja dan diharapkan dapat beroperasi pada Kuartal I tahun 2015.
Dengan semua perkembangan ini, Hatta menekankan pentingnya membangun kemampuan SDM dan IPTEK. Sehingga manfaat-manfaat ekonomi yang terjadi melalui hadirnya simpul-simpul ekonomi di Sumatera Utara dapat mendatangkan kesejahteraan bagi bangsa Indonesia, utamanya dalam menyongsong Masyarakat Ekonomi ASEAN 2015. "Pengembangan SDM-Iptek di KEK Sei Mangkei menjadi salah satu modal penting dalam meningkatkan nilai tambah komoditas, utamanya kelapa sawit," kata Hatta. Karena itu, Kementerian Perindustrian membangun Pusat Inovasi senilai Rp 31,8 Miliar yang dapat memfasilitasi kegiatan pengujian, riset, dan pengembangan produk olahan kelapa sawit. Pusat Inovasi Kelapa Sawit ini juga menjadi fasilitas pelatihan masyarakat dalam upaya membuat produk olahan kelapa sawit skala Industri Kecil Menengah (IKM).
Selain proyek di KEK Sei Mangkei, juga diresmikan Bendung dan Irigasi Sei Ular yang terletak di Kabupaten Deli Serdang dan Serdang Bedagai. Bendung dan Irigasi Sei Ular telah dioperasikan sejak akhir tahun 2012 dan berfungsi untuk mengairi daerah persawahan sekitar 18.500 ha. Infrastruktur yang dibangun oleh Balai Wilayah Sungai Sumatera II dan menelan biaya Rp 384 miliar ini, dibiayai dari pinjaman Japan International Cooperation Agency (JICA). Dengan tersedianya infrastruktur ini, diharapkan dapat tercipta peningkatan produksi padi dan peningkatan efisiensi sehingga dapat mendukung program ketahanan pangan.