Ketua Bidang Hukum dan Advokasi Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI), Tungkot Sipayung mengatakan, salah satu visi GAPKI 2030 adalah menjadikan Indonesia sebagai pemimpin dunia dalam produksi minyak sawit dan turunannya.
"Visi 2030 kita menjadikan Indonesia sebagai raja biofuel dan bio energi," katanya di Jakarta, Selasa 2 Juli 2013. Visi GAPKI itu berkaitan dengan visi lainnya, yaitu mengurangi ketergantungan dunia dari energi fosil serta membangun perekonomian nasional dan global. Salah satu strategi GAPKI menuju 2030 adalah dengan meningkatkan produktivitas. "Jika 3526 tercapai, maka bisa menghasilkan 9 ton CPO per hektare per tahun. Beberapa perusahaan sudah mencapai 8 ton," ujar Tungkot.
Dalam hal sertifikasi, GAPKI lebih mendukung Indonesian Sustainable Palm Oil (ISPO). "GAPKI tidak mendukung RSPO, tapi kita dukung ISPO karena milik Indonesia," katanya. Dia menilai sertifikasi asing belum tentu lebih baik dari pada sertifikasi nasional.
Tungkot menjelaskan, selain meningkatkan produktivitas, pengusaha sawit juga akan melakukan hilirisasi. Tapi, ada beberapa kendala terkait kedua hal itu. Masalahnya, suku bunga bank masih tinggi, tertinggi di dunia. Dengan begini, petani sulit memperoleh dana.
Kualitas infrastruktur juga lebih buruk dibandingkan negara-negara kawasan. Masalah lain adalah ketidakpastian tata ruang. Kemenhut dinilai lambat membuat peraturan soal ini. “Peraturan daerah juga menghambat industri persawitan serta perizinan yang birokratis dan mahal," kata Tungkot menjelaskan.
Hambatan itu, menurutnya, menyebabkan kurangnya insentif untuk meningkatkan produksi dan hilirisasi. Pelaku usaha perkebunan sawit lebih cenderung mengekspansi (perluasan areal) dari pada peningkatan produktivitas dan hilirisasi.
Title : Indonesia sebagai pemimpin dunia dalam produksi minyak sawit dan turunannya
Description : Ketua Bidang Hukum dan Advokasi Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia ( GAPKI ), Tungkot Sipayung mengatakan, salah satu visi GAPKI 20...